Posted by: Noe | December 13, 2008

Zaman Doraemon

Masih ingat dengan Doraemon? Tentu masih. Doraemon bak sebuah legenda tersendiri di kalangan anak-anak di masa lampau dan anak anak di masa sekarang. Bagaimana tidak, sejak zaman keluarga saya masih belum punya televisi (dulu nontonnya numpang di rumah tetangga 🙂) sampai sekarang udah mulai tua (hehe), itu kartun masih aja eksis. Seolah ga ada yang bisa menggantikan posisi Doraemon. Walaupun sepertinya kartunnya diulang-ulang terus. Tapi, walau diulang, tetap enak untuk dinikmati.

Doraemon adalah sebuah robot kucing abad 21 yang dikirim oleh cicit Nobita untuk membantu kakek buyutnya itu menjalani kehidupannya. Harapan cicitnya, kehidupan Nobita bisa menjadi lebih baik yang berefek pada menjadi lebih baik pula kehidupan sang cicit. Maka, untuk mewujudkan kehidupan di masa depan yang lebih baik itu, masa lalu haruslah diperbaiki. Kira-kira seperti itu alasan dikirimkannya Doraemon. Nobita sendiri digambarkan sebagai seorang anak yang jauh dari ideal. Ke sekolah sering telat, sering mengeluh, manja, ya sebenernya ga layak dicontohlah. Namun, dibalik berbagai kekurangannya itu, Nobita adalah seorang anak yang berhati baik. Ia setia kawan, senang bergaul, dan berperasaan lembut. Nah, apa yang membuat kartun ini spesial dan banyak digandrungi banyak orang? Tentu kita semua sepakat dalam satu hal ini, teknologi yang disuguhkan oleh Doraemon. Doraemon mempunyai kantong ajaib, di mana dari dalam kantong tersebut dapat dikeluarkan berbagai macam alat-alat canggih. Menurut saya, luar biasa sekali imajinasi sang pembuat kartun Doraemon. Futuristik sekali. Dan alat-alat canggih dalam kantong Doraemon tersebut nampaknya sedikit demi sedikit akan keluar dari dalam kantong, keluar dan menjadi kenyataan.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang seorang ilmuan yang mempunyai “pasangan hidup” sebuah robot berbentuk seorang wanita. Judul artikel itu, “Ilmuwan ‘Pacari’ Robot Ciptaannya.” Pada waktu saya membaca artikel ini, kebetulan saya sedang chat dengan seorang teman. Saya bilang, “Bisa-bisa kelangsungan regenerasi manusia terancam klo di masa depan manusia lebih memilih robot sebagai pasangan hidupnya.” Teman saya tadi cuma menjawab, “Ya ga lah. Robot kan mahal.” Kemudian saya balas, ”Klo sama robot kendalanya mahal, klo sama manusia kendalanya mahar.” (hehe.. cuma intermezzo aja). Well, di masa yang semakin maju ini udah banyak sekali ditemukan teknologi yang bisa membuat kita berdecak kagum. Seperti zaman dahulu, ketika manusia ga ada yang bisa membayangkan dapat keluar angkasa. Nyatanya dari yang sekedar mimpi itu bisa menjadi kenyataan. Dan alat-alat dalam kantong Doraemon nampaknya akan segera menjadi kenyataan. Mungkin sulit membayangkannya karena alat-alat Doraemon tersebut terlalu abstrak dan terkesan ga mungkin. Tapi, siapa tau dari ketidakmungkinan itu justru dapat membuat kita terpacu untuk menjadikannya mungkin.

Saya jadi teringat sebuah episode kartun Doraemon yang berkisah Doraemon dan teman-teman bertemu dengan makhluk asing. Nah, jelas terjadi miskomunikasi. Untuk mengatasi miskomunikasi tersebut, Doraemon mengeluarkan sebuah alat canggih yang bernama “Konyaku Penterjemah” (klo ga salah sih). Konyaku ini dimakan lalu..tada…Doraemon bisa berbicara dan mengerti bahasa makhluk asing itu. Klo dirasa-rasa kayanya cuma terjadi dalam mimpi. Tapi kemarin setelah tau bahwa Google dapat menterjemahkan 34 bahasa, saya jadi yakin bahwa suatu saat manusia akan bisa berbicara semua bahasa asing tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu. Atau apakah Anda penggemar film-film intelijen macam James Bond 007? Bagi yang suka, coba liat aja peralatan yang digunakan tokoh utamanya. Semuanya canggih! (Ssstt… kabarnya, peralatan itu memang ada dan dapat digunakan. Nah, untuk membentuk opini publik tentang keberadaan peralatan itu, maka disisipkanlah dalam film, agar penonton berpendapat peralatan itu ga ada dan cuma ada di film).

Dengan semakin majunya perkembangan teknologi dewasa ini yang semakin canggih aja, bukan ga mungkin kantong Doraemon bisa menjadi kenyataan. Dan ketika alat-alat Doraemon tersebut telah menjadi kenyataan, izinkan saya mengucapkan, “Selamat datang di Zaman Doraemon.” 

Doraemon

Posted by: Noe | December 13, 2008

Penterjemah Bahasa Ala Google

Ssstt… ternyata Oom Google bisa jadi penterjemah juga lho? Udah pada tau ya 😦 [gaptek mode on]

Saya ngerasa gaptek sekali ketika salah sorang teman memberi tau bahwa Google bisa jadi mesin penterjemah. Ga tanggung-tanggung, Google bukan hanya bisa menterjemahkan kata per kata, namun udah kalimat per kalimat. Dan dari survey yang saya lakukan ke beberapa teman, ternyata aktivitas Google yang bisa menjadi penterjemah ini udah berlangsung lama. Waduh, tambah ngerasa gaptek saya. Namun, saya ga perlu berkecil hati. Dari survey lainnya, saya mendapatkan hasil bahwa ga semua orang tau tentang hal ini. Bahkan seorang teman saya yang menjadi penjaga warnet malah belum tau sama sekali klo Google bisa jadi mesin penterjemah. Wah, ternyata virus-virus gaptek kian merajalela aja. Hoho.. ^^

Mesin penterjemah Google pada mulanya ga mencantumkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bisa diterjemahkan. Mungkin pada awalnya ga banyak pengguna dari Indonesia yang mengakses Google. Namun lambat laun ternyata pengakses Google dari Indonesia semakin banyak aja. Oleh karena itu, dimasukkanlah bahasa Indonesia ke dalam list bahasa yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan sebaliknya. Mungkin sebagai jembatan antara Google dan pengguna agar komunikasi keduanya semakin lancar. Hal ini juga dapat kita temui di Friendster. Friendster kini berbahasa Indonesia. Hal ini menguntungkan pengguna dalam mengakses Friendster, artinya ga tau bahasa Inggris pun mereka dapat dengan mudah menjalankan akunnya.

Jumlah bahasa yang dapat diterjemahkan oleh Google saat ini sebanyak 34 bahasa. Mulai dari Arab hingga Hebrew (bahasa Yahudi), mulai dari Jepang hingga Hindi (bahasa India). Namun, jangan terlalu senang dulu dengan fasilitas ini. Terutama bagi mahasiswa yang bahasa asingnya (terutama Inggris) agak pas-pasan (termasuk saya). Walaupun dapat menterjemahkan 34 bahasa, keakuratan grammar/ tata bahasanya masih harus dipertanyakan. Soalnya yang menterjemahkan sebuah mesin… jadi kudu harus dikritisi dulu, jangan langsung terima aja. Nampaknya Google udah memikirkan hal ini. Buktinya disediakan fasilitas di mana kita sebagai user bisa turut membantu memperbaiki grammar-nya. Jadi, klo kita tau susunan bahasa yang lebih baik, kita bisa menuliskannya lalu mengirimnya untuk direkomendasikan ke Google.

Ok, yang berminat mencoba atau ingin berbisnis dengan menggunakan mesin Google ini (hoho…), silakan buka di sini. Saya mau melanjutkan ngerjain teman dengan bahasa Belanda. Hehe… ^^

Posted by: Noe | December 13, 2008

Romantisme Masa Lalu

Di sela-sela sebuah obrolan saat makan bareng dengan sejumlah teman, seorang teman saya berujar, “Saya jadi kangen dengan masa-masa ketika masih SMA. Kangen dengan nasyid, di mana-mana ada konsernya. Rela mengikuti grup nasyid kesayangan ke mana pun grup itu tampil. Membeli kasetnya. Bla.. bla.. bla… Sekarang yang seperti itu udah jarang di sini. Dan sekarang pun kita lebih sering dengerin musik pop ketimbang dengerin nasyid.” Sebuah pernyataan yang berisikan romantisme masa lalu, di mana seseorang merindukan kenangan-kenangan indah di masa yang telah lampau.

Romantisme masa lalu juga menjangkiti kebanyakan masyarakat di Indonesia. Mereka rindu dengan masa-masa kepemimpinan Soeharto. Sembako murah, pupuk murah, semua barang-barang murah. Mungkin ini yang jadi penyebab masih banyak orang-orang, khususnya yang berada di pelosok negri, yang masih mendukung penuh sebuah parpol yang pernah menaungi Soeharto (mohon maaf klo ada yang ga berkenan, saya bukan pendukung Pak Harto koq).

Saya juga ingat ketika masih SD dulu. Guru-guru saya menggembar-gemborkan sebuah romantisme masa lalu tentang kejayaan sebuah negri yang bernama Indonesia. “Indonesia itu sumber daya alamnya melimpah, dulu pernah menjadi macan Asia, dst…” Ya, kira-kira begitulah, membanggakan semua kelebihan Indonesia di masa lalu, yang ironisnya bertolak belakang dengan keadaan sekarang. Indonesia sumber daya alamnya memang melimpah ruah. Sayangnya bukan untuk kemakmuran rakyatnya, tapi untuk kemakmuran orang asing. Indonesia dulu memang macan Asia, tapi sekarang? Sama tikus aja ga berani.

img_0024

Lantas apakah salah dengan romantisme masa lalu? Jelas ga salah. Yang salah adalah manakala kita hanyut dalam romantisme masa lalu tersebut. Ibarat kita sedang mengendarai mobil, jok mobil yang kita tempati adalah masa kini, masa di mana kita sekarang berada. Kaca depan mobil adalah masa depan. Sebuah masa di mana kita harus selalu menatapnya. Masa lalunya? Masa lalu itu ibarat spion. Bolehlah kita sekali-sekali menatapnya. Cukup sekali-sekali aja. Jangan terlalu sering, apalagi selalu menatap spion. Berbahaya bagi kita yang sedang berada di mana kini dan juga berbahaya bagi masa depan kita.

Jikalau masa lalu kita adalah masa kejayaan, seharusnya kita mensyukuri itu. Setelah mensyukuri, tataplah masa depan dan bertekadlah bahwa masa depan kita haruslah lebih baik dari masa lalu dan masa kini. Jikalau masa lalu kita adalah sebuah masa yang buruk, jangan terlalu terperosok ke dalam masa lalu itu. Hidup itu bagaikan sebuah roda. Kita ga akan pernah berada di tempat yang sama di setiap masa. Ada pergiliran tempat. Mungkin masa lalu kita adalah masa lalu yang buruk, tapi yakinlah bahwa masa depan kita adalah sebuah masa depan yang baik, lebih baik. Dengan adanya rasa optimis akan masa depan yang lebih baik, maka kita akan terpacu mempersiapkan bekal di masa kini untuk mencapai sesuatu yang lebih baik di masa depan.

Older Posts »

Categories